Perlukah bukti tentang adanya hari akhir? Kehidupan sesudah mati pasti adanya. Bukankah makhluk yang termulia adalah makhluk yang berjiwa? Bukankah yang termulia di antara mereka adalah yang memiliki kehendak dan kebebasan memilih? Kemudian yang termulia dari kelompok ini adalah yang mampu melihat jauh ke depan, serta mempertimbangkan dampak kehendak dan pilihan-pilihannya. Demikian logika kita berkata. Dari sini pula jiwa manusia memulai pertanyaanpertanyaan baru. Sudahkah manusia melihat dan merasakan akibat perbuatanperbuatan mereka yang didasarkan oleh kehendak dan pilihan mereka itu? Sudahkah yang berbuat baik memetik buah perbuatannya? Sudahkah yang berbuat jahat menerima nista kejahatannya? Jelas tidak, atau belum, bahkan alangkah banyak manusia manusia baik yang teraniaya, dan sementara banyak pula orang-orang jahat yang menikmati gemerlap dunia.
Karena itu, demi tegaknya keadilan, harus ada satu kehidupan baru ketika semua pihak akan memeroleh secara adil dan sempurna hasil-hasil perbuatan yang didasarkan atas pilihan masing-masing. Itu sebabnya Alquran menamai hidup di akhirat sebagai al-hayat yang berarti “hidup yang sempurna” dan kematian dina-mainya wafat yang arti harfiahnya adalah “kesempurnaan.”
Banyak ayat Alquran yang menjelaskan hakikat di atas, antara lain Q.S Taha/20:15 “Sesungguhnya saat (hari kiamat) akan datang. Aku dengan sengaja merahasiakan (waktu)-nya. Agar setiap jiwa diberi balasan (dan ganjaran) sesuai hasil usahanya”.(Q.S Taha/20:15).
“Ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)” ( Q.S. al-A’raf/7:172)
Karena itu, demi tegaknya keadilan, harus ada satu kehidupan baru ketika semua pihak akan memeroleh secara adil dan sempurna hasil-hasil perbuatan yang didasarkan atas pilihan masing-masing. Itu sebabnya Alquran menamai hidup di akhirat sebagai al-hayat yang berarti “hidup yang sempurna” dan kematian dina-mainya wafat yang arti harfiahnya adalah “kesempurnaan.”
Banyak ayat Alquran yang menjelaskan hakikat di atas, antara lain Q.S Taha/20:15 “Sesungguhnya saat (hari kiamat) akan datang. Aku dengan sengaja merahasiakan (waktu)-nya. Agar setiap jiwa diberi balasan (dan ganjaran) sesuai hasil usahanya”.(Q.S Taha/20:15).
“Ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)” ( Q.S. al-A’raf/7:172)
No comments:
Post a Comment