Ihsan kepada Allah Shubhanallah wa taala Yaitu berlaku Ihsan dalam menyembah/beribadah kepada Allah Shubhanallah wa taala, baik dalam bentuk ibadah khusus yang disebut ibadah mahdah (murni, ritual), seperti salat, puasa, dan sejenisnya, ataupun ibadah umum yang disebut dengan ibadah gairu mahdah (ibadah sosial), seperti belajar-mengajar, berdagang, makan, tidur, dan semua perbuatan manusia yang tidak
bertentangan dengan aturan agama. Berdasarkan hadis tentang Ihsan di atas, Ihsan kepada Allah Swt. mengandung dua tingkatan berikut ini.
a. Beribadah kepada Allah Shubhanallah wa taala seakan-akan melihat-Nya.
Keadaan ini merupakan tingkatan Ihsan yang paling tinggi, karena
dia berangkat dari sikap membutuhkan, harapan, dan kerinduan. Dia menuju dan berupaya mendekatkan diri kepada-Nya.
b. Beribadah dengan penuh keyakinan bahwa Allah Shubhanallah wa taala melihatnya.
Kondisi ini lebih rendah tingkatannya daripada tingkatan yang pertama, karena sikap Ihsannya didorong dari rasa diawasi dan takut akan hukuman.
Kedua jenis Ihsan inilah yang akan mengantarkan pelakunya kepada puncak keikhlasan dalam beribadah kepada Allah Shubhanallah wa taala, jauh dari motif riya’.
bertentangan dengan aturan agama. Berdasarkan hadis tentang Ihsan di atas, Ihsan kepada Allah Swt. mengandung dua tingkatan berikut ini.
a. Beribadah kepada Allah Shubhanallah wa taala seakan-akan melihat-Nya.
Keadaan ini merupakan tingkatan Ihsan yang paling tinggi, karena
dia berangkat dari sikap membutuhkan, harapan, dan kerinduan. Dia menuju dan berupaya mendekatkan diri kepada-Nya.
b. Beribadah dengan penuh keyakinan bahwa Allah Shubhanallah wa taala melihatnya.
Kondisi ini lebih rendah tingkatannya daripada tingkatan yang pertama, karena sikap Ihsannya didorong dari rasa diawasi dan takut akan hukuman.
Kedua jenis Ihsan inilah yang akan mengantarkan pelakunya kepada puncak keikhlasan dalam beribadah kepada Allah Shubhanallah wa taala, jauh dari motif riya’.
No comments:
Post a Comment