Tingkatan seorang hamba dalam menghadapi ujian dari Allah Swt. yang tidak disukainya terdiri atas dua yaitu: rida dan sabar. Rida adalah keutamaan yang dianjurkan, sedangkan sabar adalah kewajiban dan keharusan atas seorang mukmin.
Orang yang rida terkadang dapat memperhatikan hikmah dari sebuah ujian dan segi positifnya bagi dirinya, serta tidak berburuk sangka kepada Allah Swt. Adakalanya ia memperhatikan besarnya ujian dan mendapatkan alangkah sempurnanya Allah Swt. , lalu ia larut dalam kesadarannya sehingga ia lupa dengan rasa sakit dan derita yang dialaminya.
Hal ini hanya akan dicapai oleh orang-orang khusus dari kalangan ahli ma’rifat dan mahabbah. Bahkan terkadang mereka justeru menikmati cobaan itu, karena menyadari bahwa cobaan itu datang dari kekasih mereka, Allah Swt. Dalam kitab az- Zuhd, VII/77 Imam at-Tirmidzi meriwayatkan bahwa Anas r.a. menceriterakan dari Nabi saw. beliau bersabda:
“Sesungguhnya bila Allah mencintai suatu kaum, Dia akan menguji mereka, maka siapa yang rida, dia akan mendapatkan keridaan, dan siapa yang marah, dia akan mendapatkan murka”
Ibnu Mas’ud r.a. berkata, ”Sesungguhnya Allah dengan keadilan dan ilmu-Nya menggantungkan kenyamanan dan kegembiraan pada keyakinan dan rida, dan menghubungkan kesusahan dan kesedihan, dengan keraguan dan ketidaksenangan”. Allah Swt. berfirman: ”Dan siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya.” (Q.S.at-Tagabun/64:11)
Allah Swt. Berfirman:
Wahai anak manusia pusatkan perhatianmu untuk beribadah kepada-ku, niscaya Aku penuhi hatimu dengan kekayaan dan memenuhi tanganmu dengan rizki. Wahai anak manusia janganlah jauh-jauh dari-ku, jika kamu jauh Aku penuhi hatimu dengan kemiskinan dan memenuhi tanganmu dengan kesibukan. (H.Q.R.Hakim dari Abu Hurairah) H.R. al-Hali
Rasulullah saw Bersabda:
Barangsiapa yang cita-citanya adalah akhirat, niscaya Allah akan menghimpun kekuatannya, menjadikannya kaya hati dan dunia akan datang kepadanya dengan patuh, akan tetapi barang siapa yang cita-citanya adalah dunia, niscaya Allah akan mencerai beraikan urusannya menjadikan kemiskinan di depan matanya dan dunia tidak datang kecuali yang telah ditentukan oleh Allah bagi dirinya.(H.R.Ibnu Majah dari Zaid bin Sabit)
Orang yang rida terkadang dapat memperhatikan hikmah dari sebuah ujian dan segi positifnya bagi dirinya, serta tidak berburuk sangka kepada Allah Swt. Adakalanya ia memperhatikan besarnya ujian dan mendapatkan alangkah sempurnanya Allah Swt. , lalu ia larut dalam kesadarannya sehingga ia lupa dengan rasa sakit dan derita yang dialaminya.
Hal ini hanya akan dicapai oleh orang-orang khusus dari kalangan ahli ma’rifat dan mahabbah. Bahkan terkadang mereka justeru menikmati cobaan itu, karena menyadari bahwa cobaan itu datang dari kekasih mereka, Allah Swt. Dalam kitab az- Zuhd, VII/77 Imam at-Tirmidzi meriwayatkan bahwa Anas r.a. menceriterakan dari Nabi saw. beliau bersabda:
“Sesungguhnya bila Allah mencintai suatu kaum, Dia akan menguji mereka, maka siapa yang rida, dia akan mendapatkan keridaan, dan siapa yang marah, dia akan mendapatkan murka”
Ibnu Mas’ud r.a. berkata, ”Sesungguhnya Allah dengan keadilan dan ilmu-Nya menggantungkan kenyamanan dan kegembiraan pada keyakinan dan rida, dan menghubungkan kesusahan dan kesedihan, dengan keraguan dan ketidaksenangan”. Allah Swt. berfirman: ”Dan siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya.” (Q.S.at-Tagabun/64:11)
Allah Swt. Berfirman:
Wahai anak manusia pusatkan perhatianmu untuk beribadah kepada-ku, niscaya Aku penuhi hatimu dengan kekayaan dan memenuhi tanganmu dengan rizki. Wahai anak manusia janganlah jauh-jauh dari-ku, jika kamu jauh Aku penuhi hatimu dengan kemiskinan dan memenuhi tanganmu dengan kesibukan. (H.Q.R.Hakim dari Abu Hurairah) H.R. al-Hali
Rasulullah saw Bersabda:
Barangsiapa yang cita-citanya adalah akhirat, niscaya Allah akan menghimpun kekuatannya, menjadikannya kaya hati dan dunia akan datang kepadanya dengan patuh, akan tetapi barang siapa yang cita-citanya adalah dunia, niscaya Allah akan mencerai beraikan urusannya menjadikan kemiskinan di depan matanya dan dunia tidak datang kecuali yang telah ditentukan oleh Allah bagi dirinya.(H.R.Ibnu Majah dari Zaid bin Sabit)
No comments:
Post a Comment